Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Apa kabarnya nih diminggu ke sekian setelah himbauan untuk di rumah aja? Semoga kamu sudah mulai menemukan ritme yang tepat untuk menjalani hari-hari produktifmu, ya! Beberapa tips dari sister kita Novie di Monday Love Letter sebelum ini bisa dipakai supaya kita tidak terlena dengan waktu luang yang panjang. Kalau masih memilih jadi kaum rebahan juga, terlalu deh. Hehe. Yuk segera bangkit! Supaya malaikat Raqib makin sibuk mencatat amal-amal kebaikan kita :)
Tadinya hari ini saya nggak akan bahas-bahas corona karena sudah mulai bosan dimana-mana bahasnya itu. Tapi semalam saya menemukan video-video menarik tentang dampak positif dari wabah ini terhadap bumi kita. Mungkin kamu juga sudah tahu beritanya, bumi kita hari ini sedang membaik. The earth is healing itself :')
Sadar nggak sih, kalau akhir-akhir ini udara yang kita hirup terasa lebih segar? Langit juga lagi cantik-cantiknya, mungkin salah satunya karena produksi polusi yang berkurang drastis. Di beberapa negara juga sangat terasa sekali dampaknya. Di Cina sebelum lockdown, langit yang tertutupi asap tebal adalah hal biasa di kota-kota besarnya, sebab tercemar oleh banyaknya asap pabrik dan kendaraan bermotor. Dua bulan setelah lockdown, gas karbon di Cina mengalami penurunan drastis hingga 40%. Tak hanya di Cina, beberapa negara di Eropa dan Amerika juga mengalami penurunan polusi udara yang signifikan dalam satu bulan terakhir. Saya senang sekaligus bersedih mendengarnya. Senang karena bumi kita membaik, tapi juga sedih karena nyatanya yang berbuat kerusakan adalah manusia-manusia itu sendiri :(
Tidak hanya udara, ternyata kualitas air juga membaik. Beberapa foto yang diambil dari satelit sebelum dan setelah lockdown menunjukkan air laut yang ada di sekitar kota jadi lebih jernih dan bersih. Di Venesia, Italia, Kota Kanal Air yang terkenal dengan wisata gondolanya itu biasa dikunjungi oleh 2 juta turis setiap tahunnya. Kebayang dong, dikunjungi manusia segitu banyak, kualitas airnya seperti apa? Sangat jauh dari jernih. Tapi semenjak diberlakukan lockdown, air sungai menjadi jernih hingga terlihat ikan-ikan kecil berenang disana yang selama ini menjadi pemandangan langka. Maasyaa Allah..
Tentu masih banyak lagi dampak positif bagi lingkungan ditengah pandemi virus corona ini. Produksi sampah menjadi berkurang jauh, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Hewan-hewan juga pasti kebagian senangnya, karena habitatnya kini tak lagi ramai dikunjungi manusia. Hal ini tentu akan berdampak baik pada keseimbangan vegetasi dan ekosistem di alam.
Semua ini membuat saya merenung, kita sebagai manusia yang hanya numpang tinggal di bumi, tidak bisa berlaku sewenang-wenang pada tempat yang ditinggalinya. Ketamakan, ketidakpedulian dan rasa ingin menang sendiri telah membuat dunia ini menjadi tidak baik-baik saja. Banyak orang bilang bahwa jangan-jangan selama ini manusia adalah virusnya, dan corona adalah vaksin bagi bumi. Yaa, mungkin saja. In fact, along with the start of this pandemic, human is forced to stay at home and give the earth a break to heal. Alhamdulillah.
Fenomena ini membawa saya ke sebuah perenungan yang lebih dalam lagi. Jika bumi saat ini sedang menyembuhkan diri, bagaimana dengan manusianya? Semua tidak akan berarti jika manusianya tidak mengubah prilakunya. Kita ini hamba-Nya dan diamanahkan menjadi khalifah di bumi-Nya. Bumi yang sudah tunduk kepada sunatullah, perlu diimbangi dengan manusianya yang tunduk kepada kitabullah. Ya, kita perlu hidup dengan aturan-Nya agar bumi ini terjaga dari kerusakan dan tindak sewenang-wenang. Idealnya untuk seluruh manusia, tapi kita bisa memulai dari diri sendiri. Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan sebagai khalifah-Nya adalah dengan menjaga diri kita agar tidak keluar dari batas-batas aturan yang telah Allah tetapkan, untuk kemudian mengajak orang lain melakukan hal yang sama: istiqomah dalam kebenaran.
Tentu hal ini tidaklah mudah, tapi kita bisa belajar dari bumi kita. Saat ini, bumi sedang melakukan "pengurasan" besar-besaran. Menguras dirinya dari udara kotor, dari gas beracun, dari sampah-sampah, dan dari tangan usil manusia. Segala hal buruk yang selama ini "menyerang" bumi dikurangi dalam jumlah besar secara serentak. Kini saatnya manusia juga melakukan pengurasan besar-besaran! Dari apa? Dari dosa, dari kemaksiatan, dari kebiasaan buruk, dan dari perbuatan yang sia-sia. Jika hal ini kita lakukan bersama-sama secara serentak, bukankah kita telah membuat perbaikan untuk peradaban umat manusia? Menjadi umat manusia yang lebih baik dan lebih taat kepada Rabb-nya. Tidak ada yang lebih indah dan menentramkan dari kembalinya manusia ke jalan Tuhannya dengan berbondong-bondong. Mau join, sister? ;)
Tak hanya itu, Allah sepertinya sudah menghitung waktunya dengan sangat cermat agar manusia, khususnya umat muslim, bisa melakukannya. Yaitu dengan kehadiran Ramadhan yang akan kita jumpai dalam 17 hari lagi, insya Allah. Bukankah Ramadhan adalah waktu yang paling pas dan paling mudah untuk melakukan "pengurasan" dari hal-hal buruk yang ada dalam diri? Dibantu dengan syariat puasa yang tidak hanya menahan kita dari makan dan minum, tapi juga membuat kita mau tidak mau jadi menahan diri dari perbuatan buruk dan perbuatan yang sia-sia. Ah, Allah memang sebaik-baik pembuat rencana dan paling tahu apa yang kita butuhkan. Semoga kita berhasil memanfaatkan momentum berharga ini, mempersiapkan Ramadhan dengan sebaik-baik persiapan hingga menghantarkan kita pada peningkatan ketakwaan. Aamiin..
Be prepared, sister! The earth is healing itself, now it's our turn to heal our soul, clean our heart and strengthen our iman. Saling mendoakan ya, sister. Barakallahu fiik..
"Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya."
(QS. asy-Syams [91]: 7-10).
Your sister of Deen,
Husna Hanifah
__